Review tentang Data Spasial dan Data Atribut
Pengertian Data Spasial
Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi
geografis dan memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya
(Nuarsa IW. 2005.).
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan
data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting
yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan
informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan berikut ini(Yousman. 2004):
- Informasi lokasi (spasial) merupakan informasi yang berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) maupun koordinat Cartesian XYZ (absis, kordinat dan ketinggian), termasuk diantaranya sistem proyeksi.
- Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non-spasial merupakan informasi suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengan lokasi tersebut, contohnya jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Informasi atribut seringkali digunakan pula untuk menyatakan kualitas dari lokasi. Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya.
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua
format yaitu..? (Prahasta. 2005):
1) Model Data Raster
Data raster atau disebut juga dengan sel grid adalah data
yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek
geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan
piksel (picture element). Pada data raster, resolusi tergantung pada ukuran
piksel- nya. Dengan kata lain, resolusi piksel menggambarkan ukuran sebenarnya
di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap piksel pada citra. Semakin kecil
ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi
resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang
berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu
tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran
file, semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan
sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing
format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan
sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang
dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa.
2) Model Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke
dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan
berakhir pada titik yang sama),
Titik dan nodes merupakan titik perpotongan antara dua buah
garis. Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna
untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data
batas-batas kadaster.
Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan
hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidak mampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual
Sumber Data Spasial
Data spasial yang digunakan dalam proyek SIG dapat berasal
dari berbagai sumber. Beberapa sumber yang umumnya digunakan dalam
pembangunan basis data spasial adalah
sebagai berikut (Nuarsa IW. 2005):
a) Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah, peta
kawasan hutan dan perairan, dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada
umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki
referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya.
Peta analog yang meliputi wilayah yang luas, seperti peta topografi, peta
penggunaan lahan dan peta lereng, umumnya bersumber pada citra satelit atau
foto udara. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog
dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format
vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya
di permukaan bumi. Proses digitasi dapat pula dilakukan langsung bila tersedia
meja digitasi. Namun dewasa ini sebagian besar digitasi peta analog dilakukan
on-screen atau langsung di monitor setelah peta dikonversi menjadi peta raster
melalui pemindai (scanner).
b) Citra Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit dan
foto-udara), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG, utamanya untuk
memantau kondisi lahan, karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area
tertentu yang cukup luas). Dengan adanya bermacam- macam satelit di ruang
angkasa dengan spesifikasinya masing-masing kita bisa memperoleh berbagai jenis
citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data citra satelit sebagian besar
disediakan dalam format raster.
c) Data Hasil Pengukuran
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik
pemetaan tersendiri, pada umumnya
data ini merupakan
sumber data atribut, contohnya batas administrasi,
batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, trase
(alur) jalan hutan dan lain lain.
d) Data Global Positioning System
Teknologi Global Positioning System (GPS) memberikan
terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS
semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format vektor.
Data Atribut
Data atribut memberikan gambaran atau menjelaskan informasi
berkaitan dengan fitur peta atau cara kerja SIG. Data atribut dapat
disimpan dalam format angka maupun
karakter. Pada Sistem Informasi Geografis, utamanya di ArcView dan ARC/INFO
data atribut dihubungkan dengan data spasial melalui identifier (ID) yang
terkait di fitur. Pada ArcView file dikenal dengan nama shapefile (*.SHP) yang
terdiri dari serangkaian file, atribut yang disimpan pada file berekstensi
*.dbf (Nuarsa IW. 2005).
Penentuan Atribut
Analisis kebutuhan atribut berganda sangat bergantung pada
proses penentuan atribut oleh pembuat keputusan karena dengan atribut tersebut
pembuat keputusan akan mengevaluasi pencapaian tujuan keputusan. Dalam
melakukan pengambilan ide atribut ada dua cara yang dapat ditempuh pembuat
keputusan yaitu menggunakan panel ahli dan melakukan survey literatur. Atribut
yang digunakan harus mewakili tujuan yang ingin dicapai. Proses pencarian
hingga sub-sub atribut yang lebih kecil terus dilakukan hingga diperoleh
atribut yang nyata.
Hal-hal yang harus dimilik oleh atribut sebagai berikut
(Nuarsa IW. 2005):
Atribut harus lengkap, atribut telah mewakili semua hal yang
relevan terhadap keputusan akhir.
Atribut saling terpisah satu dengan yang lain, atribut tidak
harus tergantung pada atribut lain sehingga dapat dilakukan proses trade off
pada langkah selanjutnya dan menghindari double-counting.
Atribut dibatasi pada hal penting (signifikan) bagi kinerja,
atribut diawali oleh tujuan utama yang abstrak dan ditingkat paling bawah.
Pembobotan Atribut
Atribut tidak selalu memilliki tingkat kepentingan yang
sama. Dengan pemberian pembobotan yang berbeda, pembuat keputusan dapat
menuangkan pertimbangan nilai kepentingan yang berbeda diantara atribut
keputusan. Bobot juga akan membimbing
seorang manajer proyek atau program untuk mengupayakan hal terbaik dalam
pencapaian target yang memilliki bobot terbesar karena besarnya bobot juga
menggambarkan tingkat tanggung jawab yang lebih besar terhadap atribut
tersebut.
Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot
atribut yaitu:
Pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan
integrasi antara subyektif & obyektif.
Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan.
Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas
dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses
perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas.
Sedangkan pada pendekatan
obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan
subyektifitas dari pengambil keputusan.
Referensi: http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-data-spasial-dan-definisi.html